Monday, November 18, 2013

Jangan salah artikan ikhlas!

Beberapa waktu lalu, saya terkesan dengan tulisa teman saya di salah satu media sosial yang cukup populer di dunia maya.
Lewat postingannya di media sosial tersebut, ia, teman saya tadi, menyinggung tentang penggunaan kata ikhlas yang latah diucapkan orang-orang untuk mengekspresikan: rela, diam menerima atau pasrah. Ia mengatakan bahwa banyak orang salah dalam menggunakan kata ikhlas.

Padahal kata ikhlas, lanjutnya, sangat berbeda artinya dengan rela atau pasrah. Berikut cuplikan tulisannya di sebuah media sosial dunia maya yang cukup terkenal..

Tidak sedikit orang yang menyerah dgn keadaan. Sehingga sering kita dengar, "yasudah diikhlaskan saja.."
Hal ini biasanya terjadi di kala mereka menjumpai peristiwa/keadaan yang tidak benar/ tidak menyenangkan.
Mereka membiarkan terjadi keadaan tersebut dan tidak melakukan perbaikan dgn berlindung di balik kata "diikhlaskan".

Seolah-olah "ikhlas" / "diikhlaskan" merupakan sebuah kata kerja pasif yg membenarkan semua kejadian yang tidak benar itu tadi.
Mereka menyama-artikan kata ikhlas dengan kata rela/pasrah/menyerah. Padahal mereka tidak sama. Sama sekali tidak sama.
Rela, pasrah, menyerah, itu kata pasif. Tapi, ikhlas itu kata aktif. Ikhlas berarti berbuat/ beramal semata untuk Tuhan Yang Esa saja..
Perbuatan yang didasarkan dan ditujukan kepada Tuhan YME itulah arti yang paling mendekati dari kata "ikhlas".
Padahal kita tahu, bahwa Tuhan itu adalah Zat Sang Maha Baik dan tentunya perbuatan ikhlas itu haruslah merupakan perbuatan yang baik.
Perbuatan yang baik haruslah perbuatan yang memproseskan perbaikan.
Maka, jika kita mengatakan "diikhlaskan" harusnya tidak dimaknai direlakan/dibiarkan, tapi harus dimaknai: diperbaiki/ dilakukan perbaikan!

(sl-rl)

No comments:

Post a Comment